Pengentasan Kemiskinan Ekstrim, Stafsus Wapres: Pastikan Reformasi Birokrasi Berjalan Baik

Staf Khusus Wakil Presiden (Stafsus Wapres) Dr. Gatot Prio Utomo di halaman Istana Wakil Presiden Jakarta. (Foto: Biro Pers, Media dan Informasi Setwapres)

MediaBintang.com, Jakarta- Upaya mengentaskan kemiskinan ekstrem terus berjalan dengan baik seiring penguatan reformasi birokrasi baik di pemerintahan pusat maupun daerah. Ibarat dua sisi mata uang, reformasi birokrasi menjadi kunci penting upaya-upaya pengentasan kemiskinan.


“Untuk mencapai target kemiskinan ekstrim 0 persen pada tahun 2024, Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus bersama-sama memastikan reformasi birokrasi berjalan dengan baik. Sebab reformasi birokrasi merupakan kunci penting pengentasan kemiskinan ekstrim di Indonesia,” tegas Staf Khusus Wakil Presiden (Stafsus Wapres) Dr. Gatot Prio Utomo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (2/10/2023).


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tren angka kemiskinan ekstrim mengalami penurunan. Tahun 2022, angka kemiskinan ekstrem 2,04 persen dan pada September 2023 turun menjadi 1,74 persen. Keberhasilan penurunan angka kemiskinan ekstrim ini tak lepas dari peran penting reformasi birokrasi di segala bidang.


Upaya lain yang tak kalah strategis adalah peran serta masyarakat. Akhir oekan lalu misalnya Gatot menggandeng sebuah wadah masyarakat yang fokus memperhatikan kinerja pemerintahan melalui Program Melek APBN. Bersama founder Melek APBN, Akbar N. Dachlan, dan Kabid Bappeda Jatim Kukuh Tri S, Stafsus Wapres Gatot meluncurkan Komunitas Melek APBN Chapter Surabaya. Acara ini membahas peran penting APBD dalam mengentaskan kemiskinan ekstrem di Jawa Timur.


"Perlu peran serta aktif civil society, termasuk komunitas Melek APBN, untuk memastikan setiap rupiah yang dikeluarkan membuat Indonesia semakin dekat kepada tujuan bernegara yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa," ujar Gatot.


Menurutnya, APBN dan APBD merupakan instrumen vital untuk mencapai tujuan bernegara. Pengawalan harus dilakukan pada keseluruhan siklus APBN, mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun monev dan pertanggungjawaban.


Dalam pengentasan kemiskinan di Jawa Timur, perlu dipastikan Reformasi Birokrasi Tematik Pengentasan Kemiskinan telah berjalan dan memberikan dampak kepada turunnya angka kemiskinan.


Menurutnya, reformasi birokrasi dapat memastikan bahwa cukup tersedia sumber daya untuk pelaksanaan program, SDM yang kompeten, proses bisnis yang efektif dan dipahami semua pemangku kepentingan, regulasi yang baik, serta teknologi pendukung yang tepat guna.


"Tanpa reformasi birokrasi yang baik dapat dipastikan program pembangunan sulit terdeliver dengan sempurna," ujarnya.


Dalam kesempatan tersebut, Gatot mengapresiasi upaya Pemprov Jawa Timur yang sukses menurunkann persentase angka kemiskinan. Akan tetapi dari sisi jumlah, besar populasi penduduk miskin Jawa Timur masih tertinggi di Indonesia.


"Perlu upaya yang lebih keras dan kolaborasi lintas OPD untuk mencapai target kemiskinan ekstrim 0% tahun 2024," tegas Gatot. (Ant)

TERKAIT