Seruan Boikot Efektif Lemahkan Kekuatan Sumber Ekonomi Israel

Ilustrasi- Produk rumah tangga dari Israel yang banyak digunakan masyarakat Indonesia. (Foto: MediaBintang.com)

MediaBintang.com, Jakarta- Ketua Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI-Palestina, Syahrul Aidi Ma'azat meyakini seruan memboikot berbagai produk terafiliasi atau pro Israel dapat efektif melemahkan kekuatan sumber ekonomi Israel.


Penegasan disampaikan Anggota Komisi V DPR RI itu menyusul fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang telah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan penggunaan produk-produk tersebut.


"Apalagi itu didukung oleh Fatwa MUI, karena Israel secara sumber daya alam tidak ada. Memang kekuatannya pada kekuatan sumber ekonomi, maka kalau ingin melemahkan posisinya, ya lemahkan ekonominya, kan masih ada alternatif," ujar Syahrul Aidi Ma'azat dalam diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema 'Gerakan Boikot Masyarakat dan Aksi Konkret Pemerintah untuk Palestina' di Media Center Parlemen, Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Selasa (14/11/2023).


Menurut Syahrul, meski MUI telah mengeluarkan fatwa, namun soal boikot kembali bergantung pada usaha masyarakat. Pemerintahpun, menurutnya tidak akan terbuka membuat pernyataan tersebut.

"Masalah boikot, ini tentu usahanya masyarakat. Kalau pemerintah memang mungkin secara terbuka tidak akan melakukan hal itu. Tetapi itu sah-sah saja, karena memang berbagai upaya perlu kita lakukan, kalau sebuah produk yang memang nyata-nyata menyatakan memberikan sekian persen hasilnya itu untuk Israel, itu memang harus kita boikot itu," tegas Syahrul.


Terkait boikot, Syahrul meminta semua pihak tidak menarik persoalan ini pada isu agama, muslim atau non muslim dan sebagainya. Tetapi pada amanat tujuan bernegara bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI 1945 bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan.


Dalam paradigma yang dibangun oleh negara Indonesia melalui UUD dan diucapkan oleh pendiri bangsa Presiden RI pertama Ir. Soekarno telah tegas menyatakan selama Palestina belum mendapatkan kemerdekaannya maka selama hidup kita, harus menolak dan menentang penjajahan Israel atas Palestina.


"Jadi ini adalah penjajahan dan ini bukan antara pejuang Hamas dengan Israel. Meski memang opini yang dibangun oleh Amerika dan Israel, dan negaara-negara barat bahwasanya Hamas adalah teroris. Negara-negara yang memang punya ketergantungan kepada Amerika dipaksa mengatakan bahwa itu adalah teroris, sampai Arab Saudi sendiri," ungkapnya.


Di forum sama, Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Laksono menekankan pentingnya Indonesia mempertegas dukungannya kepada Palestina.


"Jadi pertempuran ini (Israel-Palestina) akan semakin lebih rumit. Nah sekarang posisi Indonesia saja yang harus dipertegas, baik posisi kita di luar negeri secara multilateral ataupun secara unilateral dengan negara-negara Barat," saran Dave.


Pakar Hubungan Internasional, Teuku Rezasyah mengaku kekuatan ekonomi Israel sangat besdar dalam mempengaruhi negara-negara barat terutama Amerika. Belum lagi, negara-negara yang terafiliasi dengan Israel di kawasan Asia seperti Singapura.


"Di Amerika Serikat, sembilan dari 10 bankir utamaanya itu Yahudi, dan mereka mempunyai solidaritas yang luar biasa," ungkap Reza, panggilan akrab Teuku Rezasyah.


Reza yang juga Dosen dari Universitas Padjadjaran Bandung mengaku sependapat bahwa serangan Israel kepada Palestina yang sudah terjadi ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu itu saat ini semakin menjadi. Lebih kejam lagi, ada upaya Israel yang ingin menghapus peradaban Palestina.


"Sekarang yang terjadi adalah potensi penghancuran peradaban Palestina dan kalau ini benar-benar terjadi, tentu bertentangan dengan tujuan kita mendirikan negara ini, bahwa kemerdekaan itu sesungguhnya adalah hak segala bangsa," tegas Reza.(hdt)

TERKAIT